HamkaTENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK Cetakan keenam belas, P.T. Bulan Bintang, Jakarta, 1984 Diterbitkan pertama kali oleh N.V. Bulan Bintang, Jakarta, 1976 P.T. Bulan Bintang, Penerbit dan Penyebar Buku-buku Jalan Kramat Kwitang I/8, Jakarta 10420, Indonesia Anggota Ikatan Penerbit Indonesia Hak cipta dilindungi Undapg-undang 38 39 49 51 57 MengidentifikasiKebiasaan, Adat, dan Etika dalam Novel Angkatan 20 dan 30-an. a. Adat. Adat adalah suatu aturan/peraturan yang lazim diturut/dilakukan sesuai dengan situasi dan waktu tertentu. Adat diartikan sebagai hukum tak BALI KM Liberty I yang merupakan kapal berjenis kargo tenggelam di perairan Bali Utara.. Kapal yang membawa 15 anak buah kapal (ABK) tersebut miring akibat dihantam badai hingga akhirnya dinyatakan tenggelam. "Tenggelam karena dihantam badai di perairan utara Bali," kata Kepala Basarnas Bali Gede Darmada dalam keterangan tertulis, JAKARTA KOMPAS.com-- Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. akan diputar lagu di gedung-gedung bioskop dalam negeri mulai 11 September 2014, tetapi dengan durasi lebih lama.. Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck versi rilis 2013 berdurasi dua jam 45 menit dan extended version-nya berdurasi tiga jam 20 menit atau lebih panjang 35 menit.. Pevita Pearce, PemenangPemeran Utama Pria Terpuji Festival Film Bandung pada tahun 2014 di film “Tenggelamnya Kapal Van der Wijck”. Bisnis Herjunot Ali. Profil Mutiara Annisa Baswedan, Anak Pertama Anies Baswedan yang Baru Menikah. Entertainment "Nggak boleh lalai-lalai gitu," kata Aurel Hermansyah. Jul 31, 2022. DyRPL0N. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Apa kata buya di alam sana karyanya difilmkan? Ya ini salah satu karya besar buya HAMKA tulis harus huruf besar ~ baca Haji Abdul Maliq Karim Amrulah "Tenggelam nya kapal Van der wijck" saya rasa buya akan tersenyum datar dari ini Disutradarai dan diproduseri oleh Soraya kisah cinta antara Zainudin dengan Hayati bersetting tahun 1930an. Kita mulai dengan fakta "owowow" dulu sebelum fakta "wooow"Sejujurnya saya tidak menikmati arasemen musiknya, bayangkan film 30an diiringi oleh lagu-lagu band Nidji, sangat tidak Wattimena sebagai penatagaya, banyak hal yang terlewatkan. Songket dan kain yang digunakan sepertinya palsu seperti songket cetakan tanah abang, Setting kota kedua Padang Panjang atau kota serambi mekah adalah kota santri dan yang bergeografi didaerah perbukitan. Agak sedikit ganjil dan mustahil mobil-mobil menir itu balapan dikebun tenggelam nya kapal dibuat dengan animasi yang kurangbegitu bagusjangan bayangkan adegan titanic Fakta"wooow"Setting kota pertamaBatipuah, tergambar dengan indah sekali di frame, menyejukan mata, mengobati rindu akan kampung halamanDialog dalam bahasa daerahMinang&Makasar cukup mendapat porsi yang banyak sehingga terasa cukup kental Aktor pembantu pria Reza Rahardian Aziz aktingnya benar-benar berkelas dan dalam lainya untuk akting Randy bassis nidji~Muluk bagus. Herjunot Zainudin& Pevita Hayati kategori lumayanDialog dalam film ini kuat, banyak bahasa2 indah ciri khas buya yang dinarasikan Sejujurnya budaya diMinang masih asih ada yang relevan seperti difilm itu Bagaimanapun karya-karya anak bangsa harus diapresiasi, sudah banyak novel sastra kita yang di filmkan, sepertinya ini film ke dua karya buya yang di filmkan, sebelumnya "Dibawah lindungan kabbah".Kita tunggu lagi film-film bermutu karya anak bangsa lainnya Lihat Lyfe Selengkapnya Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Pada tahun 2013 Soraya Intercine Films merilis sebuah film yang juga diadaptasi dari sebuah novel karya Buya Hamka yang berjudul Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, bahkan film ini menjadi film termahal yang pernah diproduksi oleh Soraya Intercine Films. Proses produksi yang menghabiskan waktu selama lima tahun dan penulisan skenario nya yang dilakukan selama dua tahun ini menghasilkan sebuah film yang luar biasa. Berlatar tahun 1930-an Buya Hamka menyampaikan nilai agama dan sosialnya melalui tulisannya yang berjudul Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Seorang ulama asal tanah Minang ini menyampaikan kritik sosialnya terhadap suatu tradisi yang sudah mendarah daging yang berada di suatu daerah Nusantara. Nilai nilai agama juga sangat tertulis dan tertata rapih dalam karyanya ini. Sebuah film berlatar tahun 1930-an ini menceritakan kisah percintaan dengan sajian budaya lokal Nusantara. Menceritakan seorang tokoh yang bernama Zainuddin Mahbub Herjunot Ali yang jatuh cinta kepada gadis asal Minang bernama Hayati Pevita Pearce. Namun cinta Zainuddin kepada Hayati kandas disebabkan oleh adat istiadat tanah Minang, yang menyebabkan Zainuddin melepaskan Hayati untuk menikah dan dipersunting oleh lelaki lain bernama Aziz Reza Rahadian. Zainuddin harus ikhlas melepaskan gadis yang sangat dicintainya untuk menikah dengan Aziz yang memiliki tingkat sosial yang sama dengan Hayati menurut dari adat istiadat yang berlaku di daerah setempat. Zainuddin hanyalah lelaki biasa yang memiliki darah Minang dari Ibunya dan ayahnya yang berdarah Bugis. Itulah yang menjadi masalah sebab ia harus merelakan Hayati. Karena dalam sistem Minang, nasab ibu atau darah keturunan ibu tidak diakui, sehingga hal itu menyebabkan Zainuddin tidak memiliki sistem atau taraf sosial yang sama di masyarkat tanah Minangkabau. Pada dasarnya masyakarat Indonesia melihat struktur sosial dalam sistem adat istiadat, yang dimana sistem adat menjadi patokan yang utama untuk mengelompokkan seseorang dalam golongan tertentu. Namun pada dasarnya sebuah sistem adat ada bukan untuk merendahkan status sosial seseorang, tapi untuk menyatukan adat istiadat dan budaya yang berlaku. Dari kisah seorang pria bernama Zainuddin ini terbukti bahwa adat istiadat dijadikan sebagai pengelompokan status dan nasab masyarakat dan dijadikan sebagai bahan untuk merendahkan seseorang. Disini adat istiadat bukan dijadikan sebagai visi hidup menuju ke arah yang lebih baik dengan menajadikan adat tersebut sebagai patokan, bukan dijadikan sebagai keteguhan diri dalam beragama dan tindak manusia bermoral yang paham betul akan ini sangatlah berbeda dari kisah cinta atau romansa biasanya, film ini tidak hanya menghadirkan kisah roman tapi juga banyak menonjolkan nilai estetika kehidupan yang sangat menarik dan memiliki keunggulan yang sangat kuat biasa. Film yang digarap dan diadaptasi dari novel karya Buya Hamka ini sungguh tidak hanya menyajikan kisah percintaan yang penuh pengorbanan saja, tetapi juga dimana suatu keadaan dan waktu tidak memihak membuat Zainuddin harus mengurungkan niat untuk bersama dengan orang yang begitu sangat dicintainya disebabkan oleh suatu adat istiadat yang begitu lekat hingga tidak dapat untuk dilepas. Mungkin kasus seperti ini masih ada terjadi sampai saat ini, bahkan masih sering dijumpai dalam kehidupan sehari hari, dimana suatu keunggulan dan kehebatan seseorang dilihat dari apa yang ia raih dan status sosial yang ia duduki. Padahal pada kasus Zainuddin dan Hayati ini, hayati berhasil membuktikan bahwa kebahagiaan hidup bukan dilihat dari perspektif harta dan material tetapi cinta yang tulus dan kebersamaan yang sangat kuat. Keluarga Hayati yang melihat seseorang dari perspektif harta dan material membuat anaknya menderita dan bahkan tidak hidup bahagia dengan segala sesuatu yang ada, bahkan setelah menikah Hayati tetap memikirkan cintanya yaitu Zainuddin. Film ini juga mengajarkan kita untuk tetap bangkit walaupun dalam keadaan dan situasi yang memporak-porandakan hati. Zainuddin sempat terpuruk karena tidak bisa mendapatkan Hayati, ia marah dan benci akan suatu takdir adat yang digariskan dalam kehidupannya. Kendati begitupun ia tetap bangkit menjalani hidupnya, dengan berbekal tekad dan agama yang kuat ia meyakini hatinya untuk dapat bangkit dari semua keadaan yang sudah seperti benang kusut bangkit menata dan merapihkan benang kehidupannya, hingga ia sukses menjadi seorang penulis dan mampu memiliki material yang bisa membawanya kembali untuk mendapatkan Hayati. Tapi disaat Zainuddin sudah memiliki kesempatan untuk mendapatkan Hayati kembali, takdir lagi lagi mempermainkannya. Kali ini takdir memisahkan Hayati dan Zainuddin begitu jauh, dengan tragedi tenggelamnya sebuah kapal Van Der Wijck yang menyebabkan Hayati meninggalkan Zainuddin untuk selamanya. Tapi walaupun takdir sudah memisahkannya sangat jauh dengan Hayati, Zainuddin tetap teguh dalam mengagumi seorang Hayati, wanita yang sangat yang luar biasa ini membuat para pembaca merasakan apa yang dirasakan oleh tokoh yang ada di dalamnya. Bahkan para pembaca ikut merasakan betapa indahnya penggambaran daerah Minangkabau dengan paduan adat istiadat yang mengikat masyarakat di dalamnya. Buya Hamka berhasil membuat para pembaca merasakan gejolak yang luar biasa, bagaimana merasakan hati seorang Zainuddin yang hancur akibat tidak dapat bersama dengan Hayati. Ikut merasakan bagaimana beratnya menjadi Hayati yang harus menikah dengan seorang lelaki yang sama sekali tidak dicintainya dan berakhir dengan rumah tangga yang tidak bahagia. Betapa dalamnya cinta seorang Zainuddin kepada Hayati sehingga ia tetap mencintai dan memajang foto besar Hayati dalam ruangannya walaupun Hayati sudah pergi darinya, meninggalkan sebuah kisah pilu dan menyakitkan tetapi rasa indahnya mencintai seorang gadis Minang yang cantik seperti karya Buya Hamka yang digarap menjadi sebuah film ini sangat indah dari segi sebuah bahasa dan penyampaian nilai sosial, budaya dan agamanya. Rangkaian kata yang walaupun kental dengan bahasa asli masyarakat Minangkabau, membawa pembaca berlarut larut dalam untaian kata indahnya. Bagaimana indahnya untaian kata yang terdapat dalam surat Hayati dan Zainuddin. Surat yang dikirim Zainuddin kepada Hayati dengan tulisan dan bahasa yang sangat indah begitupun sebaliknya Hayati kepada Zainuddin. Karya yang sangat legendaris ini menyajikan sebuah kultur budaya Melayu dan agama yang sangat berpengaruh sekali dalam sebuah proses pembuatannya. Hingga sangat memakan waktu yang dalam proses penggarapannya dan penulisannya. Budaya adat Minang yang sangat kuat dan juga bahasa yang digunakannya sangat kental sekali membuat para pembaca dan penonton kurang memahami akan bahasa yang digunakannya, terutama dalam arti sebuah kata yang ditunjukan. Kendati demikian film ini juga memberikan terjemahannya agar para pembaca mampu memahami secara lebih mendalam mengenai makna apa yang disampaikan dan juga jalannya sebuah kisah Zainuddin dan Hayati. Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck yang digarap oleh Soraya Intercine Films ini sangat patut untuk diapresiasi karena nilai sosial, budaya dan agama yang sangat kentara dan kental terkandung di dalamnya. 1 2 Lihat Ruang Kelas Selengkapnya

kata kata mutiara film tenggelamnya kapal van der wijck